Kamis, 05 Mei 2022

Dzikir Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsyabandiyah

 


    Salah satu episode hidupku, pada tanggal 17 April 2022 bertepatan tanggal 15 Ramadhan 1443H, saya ditemani istri dan anak-anak, sowan bersilaturrohim ke kediaman mbah Yai Abdul Karim Suyuti Usman di grumbul Bakung Desa Linggasari Kembaran Banyumas Jawa Tengah. Siang setelah dzuhur kami sampai di depan rumah Beliau, tapi kami belum berani mengetuk pintu rumah si mbah Yai, kami takut beliau sedang istirahat (sare). Jadi kami memutuskan untuk duduk di serambi masjid yang persis di depan rumah si mbah yai Suyuti ini. Agak cukup lama kami berada dalam situasi menunggu, dan dalam hati saya terus memberi fatihah untuk si mbah Yai Suyuti, samapai-sampai bekal air dalam botol anak kami sudah habis, Saya segera memutuskan ke istri untuk kembali ke rumah, dan berkunjung lagi di waktu mendatang.

    Dikala keputusan kami untuk beranjak pulang sudah mantap, tiba-tiba Si Mbah Yai Abdul Karim Suyuti Usman muncul melintas di depan serambi masjid. Saya sangat terkejut dengan kedatangan sosok sesepuh yang melintas, tanpa ragu, saya langsung menghampiri Beliau dan "salaman", dalam hati saya "inilah mbah Suyuti yang saya cari", padahal sebelumnya saya belum pernah bertemu Beliau, dan belum tahu wujud beliau, wajah Beliau seperti apa, tapi hati saya entah mengapa mantap, bahwa inilah Mbah Yai Suyuti yang saya tuju. Setelah sungkem salaman, saya memberanikan diri berucap:"kulo pengin sowan, Mbah". Dengan nada rendah hati, beliau menjawab: " Ya ayuh mlebu" (Ya ayo masuk) dengan mengisyaratkan menuju rumah beliau.

    Saya pun beserta istri dan anak-anak bergegas menuju rumah beliau dengan keadana hati yang sangat senang. Sesampainya masuk Rumah beliau, hati makin mantap bahwa si mbah inilah yang saya cari dengan melihat foto-foto yang terpampang di dinding tembok rumah beliau. Ada foto banyak tuan Guru mursyid thoriqoh disana.

    Tanpa ragu dan tanpa basa basi, saya memperkenalkan diri ke Beliau, dan maksud sillaturrohim sowan ke beliau untuk baiat Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsyabandiyah. Beliau-pun menjawab dengan menyakinkan saya lagi: "Arep melu dzikir?" (mau ikut dzikir?), saya lang sung menganggukkan kepala sambil menjawab : nggih mbah...............

    Kemudian si mbah Yai Abdul Karim Suyuti Usman dawuh: "adus tobat disit ya, nembe bengat" (mandi Tobat dulu ya, baru bai'at). Dan beliau masuk ke dalam kamar untuk mengambil secarik kertas tata cara mandi tobat sebelum bai'at thoriqoh. Beliau langsung mengajari saya tata caranya, dan beliau memminta saya agar mandi tobat malam Selasa, kemudian hari Selasa ba'da dzuhur disuruh datang untuk bai'at.

    Di Malam 17 Romadhon 1443 H, bismillah saya mengamalkan apa yang telah didawuhkan si mbah Yai Abdul Karim Suyuti Usman, yakni mandi tobat dan serangkaian dzikir. Siangnya saya dengan rasa senang menuju masjid depan rumah beliau untuk ikut jama'ah dzuhur dan niat mau bai'at thoriqoh ke Beliau. Seelum mbah yai menuju tempat untuk mengimami sholat dzuhur, saya menghamiri beliau untuk salaman, dan beliau bertanya ke saya: "wis siap"? (sudah siap?), saya langsung menganggukkan kepala:nggih mbah... Beliau menimpali lagi : "mengko bar sholat dzuhur ya" ( Nanti setelah sholat dzuhur ya".

    Setelah selesai sholat dzuhur, saya langsung maju menuju Si Mbah Yai berhadap-hadapan langsung dengan beliau. Beliau dengan sabar mengajari dan menerangkan dzikir Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsyabandiyah. Saya disuruh salaman bai'at, dan beliau dawuh: "aja kuwatir, mengko tek gawani catetan" (jangan khawatir, nanti saya bawakan catatan). Dua lembar catatan yang ada di atas tulisan ini, adalah dzikir Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsyabandiyan yang sekarang menghiasi dan amalan keseharian saya setiap selesei sholat wajib. Dengan mengharap Ridho dan pertolongan Alloh, semoga saya dan seluruh murid thoriqoh dimanapun berada, diberi kukuatan untuk istiqomah mengamalkan dzikir yang insyaalloh sanadnya muttashil sampai dengan Rosululloh Saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Forensik FK Unsoed 2024